ORANG kota pasti lebih mengerti mal ketimbang mol. Sebab mal yang
juga disebut plaza adalah tempat beroperasinya pasar modern seperti
supermarket, department store, pasar swalayan, super strore, atau
hypermart. Bagi orang kota, mal menjadi tempat belanja, rekreasi dan
hang out. Tetapi, bagaimana dengan mol? Apa pula itu!
Mol tak lain adalah singkatan dari kata mikro organisme lokal. Mol
adalah kelompok mikro organisme yang memiliki kemampuan menguraikan
bahan organik menjadi kompos. Dengan mol, proses pembuatan kompos dapat
dipercepat. Kompos yang dihasilkan dapat berupa kompos padat atau cair.
Nah, dari dua kata tadi, yang bisa bikin hijau lingkungan adalah
mol, bukan mal. Kalau mal malah mengurangi ruang hijau di kota karena
menjadi bangunan untuk pasar modern. Sebab itu, mari lupakan sejenak
soal mal dan kita bicara soal mol yang bisa bikin hijau.
Bahan Sisa
Membuat kompos kalau diserahkan pada proses alami tentu membutuhkan
waktu yang lama. Sebab itu, diperlukan mol yang merupakan mikro
organisme pengurai untuk memacu proses pengomposan bahan organik agar
lebih cepat menjadi kompos yang dibutuhkan.
Pembuatan kompos sering disebut sebagai the art of turning death
into life atau sebuah seni yang mengubah kematian menjadi kehidupan.
Hewan atau tumbuhan yang sudah mati diuraikan oleh mikroorganisme
pengurai menjadi kompos yang dapat menyuburkan tanah sehingga tanaman
menjadi tumbuh hijau.
Membuat mol tentu saja mudah dan bisa dari bahan-bahan organik sisa
dari dapur keluarga. Misalnya dari nasi basi atau sampah organik dapur.
Bisa juga dari buah yang sudah masak, tape ketan atau singkong dan
berbagai bahan lain.
Mol dari nasi basi dapat dibuat dengan cara sebagai berikut. Buat
bulatan-bulatan nasi seperti bola pingpong atau boleh juga tidak. Nasi
basi ini disimpan dalam kardus atau wadah lain lalu ditutup dengan
daun. Jamur akan tumbuh pada nasi basi tersebut. Nah, nasi yang sudah
jamuran itu dipindahkan dalam wadah plastik atau ember, kemudian diberi
air (1,5 liter) dan gula pasir (5 sendok). Aduk merata agar gulanya
larut. Cairan dari wadah tersebut lalu dipindahkan (dituangkan) dalam
botol bekas air minum, kemudian simpan dengan mulut botol terbuka.
Kurang lebih seminggu, mol buatan sendiri sudah jadi dengan ciri air
menjadi keruh dan beraroma alkohol.
Mol yang sudah jadi tersebut bisa jadi ''biang'' untuk membuat mol
baru lagi. Ambil seperempat bagian mol dari botol pertama tadi lalu
dituang ke dalam botol kosong, kemudian diisi air hingga tiga perempat
botol dan ditambahkan gula pasir 5-7 sendok. Kocok hingga larut.
Biarkan dalam keadaan terbuka selama seminggu. Mol pun siap digunakan
yaitu untuk pembuatan kompos atau sebagai pupur cair. Tentu saja mol
yang menjadi biang harus selalu diencerkan terlebih dahulu bila hendak
digunakan.
Membuat mol dari sisa sampah organik dapur juga mudah. Sisa sayur,
kulit buah, sayur basi, atau sisa makanan basi dimasukan ke dalam
kaleng cat bekas atau ember, kemudian diisi air hingga sampah organik
tersebut tergenang. Sekitar seminggu mol sudah terbentuk dan siap
digunakan untuk pengomposan atau sebagai pupuk cair. Tentu saja mol
yang diambil dari wadah tersebut harus ditambahkan air lagi agar
menjadi lebih encer.
Mulai dari Pekarangan
Mol buatan sendiri bisa dipakai untuk membuat kompos atau memupuk
tanaman sayur, buah, atau tanaman hias di pekarangan. Media tanam bisa
dibuat di tanah kalau pekarangannya masih memiliki lahan sisa. Pada
pekarangan yang sudah penuh bangunan, menanam bisa dengan pot atau
polibag. Tanah yang sudah diolah ditambahkan kompos agar lebih gembur.
Begitu juga dengan pot atau polibag disi dengan kompos.
Media tanam yang sudah siap bisa digunakan untuk menanam benih
sayuran atau bibit yang sudah disiapkan lebih dahulu. Tanaman tersebut
dipupuk lagi dengan kompos atau pupuk cair dari mol yang sudah
tersedia.
Hasilnya? Tentu saja bisa diperoleh tanaman yang subur, hijau, dan
siap untuk dipanen. Cabai, sawi, bayam, tomat, terong, kangkung,
seledri, kacang panjang, pare, mentimun, ojong, dan aneka sayuran daun
bisa ditanam di pekarangan. Dengan mol bisa diperoleh sayuran hijau
yang bermanfaat untuk keluarga. Lingkungan pekarangan menjadi lebih
hijau yang juga memberikan kita udara segar. Nah, hanya tumbuhan yang
memberikan kita oksigen untuk hidup. Fakta ini perlu kita pegang. Kita
bisa bertahan hidup tanpa makan selama tujuh hari, bisa bertahan hidup
tanpa air selama dua hari, tetapi kita tidak mampu bertahan hidup lebih
dari 2 menit tanpa menghirup udara bersih.
Dengan mol kita bisa menanam sayuran organik di pekarangan rumah.
Kita juga menjadi terdorong melakukan pengomposan sampah organik
keluarga sehingga tercipta lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Sayuran yang dipanen dari pekarangan akan mengurangi pengeluaran
keluarga. Kita juga tidak perlu ke pasar untuk beli sayur. Artinya,
hemat biaya, dan hemat waktu.
Kalau pekarangan rumah menjadi hijau karena mol, pasti akan
memberikan sumbangan yang besar untuk mengurangi pemanasan global.
Sebab, sebuah langkah kecil yang dikerjakan di pekarangan rumah
masing-masing, bila dilakukan secara bersama-sama dapat menjadi sebuah
langkah besar untuk menyehatkan lingkungan kita. Menanam dengan mol
juga membuat kita lebih hemat energi karena tidak menggunakan pupuk
pabrik yang pembuatannya dari minyak bumi.